google-site-verification=W5vHGRPWynO0DT8bQJPHWYziauQJyFzHXnFrPqajzmI Sultan Hamid: SINTESIS FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA #calon guru penggerak Modul 1.1.a.9

Sabtu, 24 Oktober 2020

SINTESIS FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA #calon guru penggerak Modul 1.1.a.9

KESIMPULAN & SINTESIS FILISOFI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA
by Calon Guru Penggerak Indonesia 


Dalam Pendidikan Calon Guru Penggerak mengkaji Modul 1.1 tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan  di Modul 1.1.a. 9 Calon Guru Penggerak diharuskan mengkaji hubungan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan materi lain yang relevan.

 

Dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia banyak filosofi pemikiran beliau yang menginspirasi bidang pendidikan saat ini. Berikut filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara : Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah kemerdekaan sehingga untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia haruslah pintar dan berpendidikan. Dengan memperoleh pendidikan maka seseorang akan memperoleh kemerdekaan, merdeka untuk menentukan nasibnya sendiri, merdeka mengemukakan pendapatnya, merdeka untuk mendapatkan kesejahteraan seperti yang dijamin dalam  Pasal 27  ayat 1 dan 2 , Pasal 28 dan Pasal 29 UUD 1945

 

Buah pemikiran Ki Hajar Dewantara lainnya adalah Pendidikan Bukan hanya menekankan pada aspek intelektual belaka tapi pada penanaman karakter dan budi pekerti. Pendidikan yang hanya menitik beratkan pada intelektual tanpa mempertimbangkan aspek  cipta, rasa, karsa dan karya maka akan menghasilkan manusia tidak sempurna.  Dalam menyelenggarakan pengajaran dan didikan kepada rakyat, Ki Hajar menganjurkan agar kita tetap memperhatikan ilmu jiwa, ilmu jasmani, ilmu keadaban dan kesopanan (etika dan moral), ilmu estetika dan menerapkan cara-cara pendidikan yang membangun karakter. Dihubungkan dengan penerapan Kurikulum 2013 maka pembelajaran meliputi 3 aspek yaitu Sikap (KI.1) yang meliputi aspek sikap spritual dan sikap sosial, Pengetahuan (KI.2) dan Keterampilan (KI.3). Sehingga dalam melakukan proses pengajaran tentunya memerlukan keseimbangan ketiga aspek tersebut.

 

 

Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewatara tentang penanaman karakter dihubungkan dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-nilai ini  ingin  ditanamkan  dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui, dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah dan di masyarakat. PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan di daerah masing-masing.

 

Selanjutnya Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan haruslah menghamba pada anak. Pendidikan haruslah berpihak pada anak. Lingkungan pengajaran harus bersahabat dengan anak. Apabila dihubungkan dengan materi atau modul yang relevan tentunya berkaitan dengan pembelajaran Abad 21.  Kurikulum 2013 dipadukan dengan pembelajaran abad 21. Terdapat elemen yang mampu merepresentasikan apa itu pembelajaran abad 21, diantaranya adalah Creativity and Innovation, Collaboration, Communication, Critical Thinking and Problem Solving. 

 

Selain Pembelajaran abad 21, filosofi Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan menghamba pada anak dapat dikoneksikan dengan pendekatan diferensiasi, Pendekatan  ini mengimplementasikan pembelajaran yang sesuai dengan cara belajar siswa. Pada sesi ini pengklasifikasian siswa dalam kelas seperti keahlian dan minat akan digolongkan. Dengan adanya diferensiasi ini guru akan lebih mudah mengenali kemampuan siswa secara optimal.

Sebelum mengkaji modul filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara pemahaman saya bahwa (1) percaya pada pemahaman tabularasa dimana anak lahir seperti kertas putih, untuk memberikan warna adalah tugas dari pendidik dan orang tua sehingga metode belajar disesuaikan dengan gaya dan sistem dari guru dan orangtua.  (2) Kita sebagai guru tentunya sudah merancang bentuk pembelajaran sebelum hari mengajar. bahkan jauh sebelum rencana pembelajaran sudah dirancang. Dalam arti hal bahwa kita membuat perangkat pembelajaran dengan kondisi yang berbeda dengan waktu pelaksanaannya sehingga terkadang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. 

Setelah mengkaji Modul filosofi Ki Hajar Dewantara tentunya ada perubahan pola pemahaman dalam pembelajaran yaitu (1) anak terlahir telah memiliki kodratnya masing-masing baik kodrat alam maupun kodrat lingkungan. Tinggal bagaimana orang tua dan guru membentuk kodrat tersebut menjadi kepribadian dan potensi yang dimikili oleh anak. (2) Karena setiap anak memiliki kodratnya sendiri tentu perlakuan yang diberikan pun tidak selalu sama, termasuk ketika guru melakukan proses pembelajaran. Dalam pembelajaran harus mempertimbangkan kemajemukan yang dimiliki oleh anak. Salah satu cara yang ditempuh oleh guru dalam merangkul kemajemukan anak adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran diferensiasi.

Perubahan Konkrit yang dapat saya  di kelas berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah dengan menerapakan pendekatan pembelajaran diferensiasi dengan harapan guru memahami situasi dan kondisi siswa termasuk gaya belajar dan minta bakat siswa sehingga pesan yang disampaikan dalam pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa.

 




5 komentar: